LAHIRNYA PESANTREN AL BINAA
Diantara
program bidang pendidikan yang dicanangkan oleh AL BINAA dalam rencana
kerja jangka panjangnya adalah membangun Lembaga Pendidikan dengan
sistem Boarding yang lebih dikenal di Indonesia dengan nama Pesantren.
Ini dimaksudkan dengan melihat berbagai fenomena pendidikan dan dakwah
di Indonesia yang dinilai masih sangat minim bila dilihat dari berbagai
macam dimensinya. Mulai dari pemerintah yang begitu lemah memerankan
posisinya dalam bidang pendidikan sehingga anggaran pendidikan sungguh
sangat tidak proporsional dan tidak kunjung membaik. Out put dari
pendidikan sampai sa’at ini masih belum terasa sentuhannya ditataran
masyarakat sebagai pengguna akan lulusan yang berkualitas. Fenomena
akhlaq dan norma masyarakat dari segala macam lapisan yang semakin
menurun dan cenderung mengabaikan nilai-nilai keimanan bahkan nilai
kepatutan yang selama ini dipegang erat masyarakat Indonesia. Belum lagi
serbuan budaya-budaya impor yang mengabaikan nilai-nilai keislaman
bahkan sewaktu-waktu semakin nyata mengajak kepada berbagai penyimpangan
akhlak, moralitas, aqidah dan pemurtadan.
Yayasan Binaa'ul UKhuwwah (YBU) melihat bahwa pendidikan adalah salah
satu solusi yang tepat sebagai upaya pembenahan jangka panjang dalam
membentuk masyarakat yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan umum
supaya terlahirnya manusia yang cerdas secara intelektual juga unggul
dalam ilmu pengetahuan agama (syar’i) supaya cerdas secara hati, prinsip
dan kepribadian. Yang kalau disingkat dalam bahasa yang mudah yakni
supaya menjadi orang yang bertauhid dengan tepat dan benar menurut
al-Qur’an dan as-Sunnah. Kalau menjadi seorang intelek tidak akan
sombong dan melanggar perintah Alloh dan Rosul-Nya. Kalau jadi ulama
tidak akan berani merubah hukum dan ketetapan Alloh serta Rosul-Nya.
Intinya akan terlahir pribadi-pribadi dengan sebuah prinsip sebagai
orang yang semata-mata takut hanya kepada Alloh subahabhu wa ta’ala
saja. Maka dari sejak awal pendirian YBU, prioritas Pesantren ini hampir
menjadi wacana dalam setiap pertemuan, silaturahmi dan diskusi para
pengurus YBU. Bahkan terbentuknya Panitia pembebasan tanah waqaf
pesantren telah menunjukkan akan keseriusan seluruh pengurus di YBU.
Pencarian akan tanah yang dianggap strategis pun segera dimulai dan
usaha tak kenal lelah ini dilakukan bukan hanya sepekan sekali tetapi
terkadang dua sampai tiga hari dalam sepekan padahal ada banyak diantara
para pengurus yang mempunyai segudang kesibukan.
Dan alhamdulillah pada akhir tahun 1424 H kami telah memiliki sarana
lembaga pendidikan yang memadai bahkan tergolong untuk sebahagian orang
yang pernah berkunjung sebagai pesantren eksklusif dan mewah. Terbentang
diatas tanah seluas enam puluh ribu meter persegi (6 hektar) dan telah
berdiri diatasnya bangunan yang sangat permanen. Bermula dari waqaf
Bapak H.Muhammad Yasin, salah seorang tokoh masyarakat Bekasi yang mulia
hati dengan mewaqafkan tanahnya seluas enam hektar kemudian ditambah
dua belas hektar dan kesemua tanah yang diwaqafkan beliau kepada YBU
menjadi seluas 20 ha. Semua tanah tersebut sudah dialihkan dalam
sertifikat waqaf yang berkekuatan hukum sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
Dengan
demikian maka pihak Yayasan Binaa’ul Ukhuwwah sebagai penyelenggara
lembaga pendidikan menerbitkan surat keputusan tentang pendirian Lembaga
Pendidikan Islam dengan nama AL BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL yang
diresmikan oleh Wakil presiden Bapak DR. H. Hamzah Haz pada tanggal 5
jumadil Ula 1425 H bertepatan dengan 23 juni 2004 M ,yang mempunyai
motto:
"Membina Iman, Ilmu dan Akhlak"
Adapun penamaan Pesantren dengan AL BINAA sendiri terkait dengan dua sebab:
- Karena lembaga ini didirikan oleh Yayasan Binaa’ul Ukhuwwah (YBU) maka AL BINAA adalah kependekan dari YBU
- Terkait dengan fungsi dari lembaga pendidikan AL BINAA yang berarti membina dan membangun. Tentu saja yang dibina dan dibangun adalah aqidah dan keisalaman santri juga ilmu pengetahuannya secara umum.
- Pembelajaran dua kurikulum tidak bisa efektif tanpa boarding
-
Mengandalkan pembelajaran hanya terpaku pada sistem klasikal kurang melatih jiwa yang terlatih ditempa kemandirian dan sosialisasi
-
Menyeimbangkan jiwa kebebasan masa pencarian identitas santri diusia SMP-SMA dengan pengenalan serta pemahaman terhadap nilai Islam baik aqidah, akhlaq maupun ibadah. Hal mana sulit diadopsi secara riil bila tidak memakai sistem boarding.